Kamis, 11 Agustus 2022

HANDS UPON SALVATION "Interview"


        Yooo, Kali ini kami akan melakukan interview bersama Hands Upon Salvation, perlu diketahui band dari Yogyakarta ini sudah ada sejak tahun 1998, 2 tahun setelah saya lahir hehehe. Kebetulan kami kontak dengan Mas Agus Suryanto sebagai Vocalis band tersebut, langsung sajaaa...


Hands Upon Salvation, dari Yogyakarta, dari tahun 1998. Bagaimana singkat cerita profil dan terbentuknya Hands Upon Salvation

HUS itu dulu dibentuk dengan nama awal sebagai “Destruct” pada sekitar 1998. Dibentuk oleh bekas-bekas personil dari band hardcore Diphterium Hate dan Scumbag. Nama “Destruct” dipakai selama kurang lebih 3 tahun, dan dilalui dengan banyak pergantian personil beberapa kali. Sekitar tahun 2001, baru kita mengganti nama “Destruct” menjadi “Hands Upon Salvation” [HUS] dan bertahan hingga sekarang. Dari line-up awal HUS inilah album “Celebrate The Newborn” [2004] dan “Entity” [2012] dihasilkan.


Dari segi band, bagaimana cara mempertahankan Hands Upon Salvation di era 90an sampai dengan sekarang, ketika masing masing personil mempunyai kesibukan primer (pekerjaan/karir)

Pada dasarnya khan band ini dibentuk karena hobi dan kesukaan kita terhadap musik hardcore terutama metallic-hardcore atau 90s metalcore, selain itu persamaan konsep, ide, dan persepsi juga chemistry antar individu dalam band juga jadi faktor penting. Setelah era album “Entity” dan masuk ke era “Heresy” kami mengalami pergantian personil lagi, begitu juga paska “Heresy”. Kasarnya adalah, personil boleh berganti, waktu boleh jadi ada yang terbuang, tapi selama band ini masih menyenangkan untuk dijalani maka band ini akan terus jalan, apapun kondisinya. Berkompromi dengan realitas kehidupan nyata sudah pasti dijalani berbarengan, hampir semua personil adalah kalangan pekerja, ada personil yang sudah berkeluarga dan mempunyai momongan. Di titik sekarang, HUS mungkin sudah menjadi keluarga ke 2 untuk semua personil yang ada di dalamnya. Keluarga kedua yang sekaligus juga menjadi medium untuk berkarya, penyeimbang kehidupan, memberi semangat, juga motivasi, karena disadari atau tidak, ternyata band ini menguatkan orang-orang yang ada didalamnya untuk jadi orang yang lebih baik dalam lini kehidupan mereka masing-masing.



Apakah jargon Hardcore for life berperan dalam kehidupan masing masing personil? Seperti mendapat apresiasi rupiah dalam lingkungan skena hardcore dalam penunjang ekonomi kehidupan? Seperti penjualan merchandise 

Hardcore For Life” saya pikir jargon ini hanya sebuah ekspresi tentang kecintaan terhadap musik dan seluruh lingkup hardcore disekelilingnya. Berperan dalam hidup? Pastinya iya, karena dari hardcore ini kami punya kekuatan untuk terus berkarya, mengenal banyak sahabat, dan seterusnya. Banyak hal dan energi positif lahir dari hobi kami sebagai personil dalam sebuah band hardcore. Hal-hal yang tidak bisa diukur hanya dalam hitungan finansial. Mungkin banyak band di Indonesia bisa menggunakan band-nya sebagai kendaraan sebagai pendukung ekonomi, memperoleh keuntungan finansial, bahkan menggantungkan hidup dari band. Kalo untuk HUS, sepertinya kenyataannya berbeda. HUS adalah band yang sangat segmented, bahkan dalam lingkup scene hardcore sendiri. Tidak banyak orang yang bisa, mampu, menerima, atau bahkan menyukai karya-karya HUS. Kami juga bukan band yang populer, lingkar utama, raja panggung, jago kandang, atau apapun istilahnya. Buat para personil HUS, kami semua harus mampu bekerja untuk kehidupan pribadi kami, juga sekaligus untuk kehidupan band ini. Album, merchandise, honor panggung, endorsement, dllnya, kalopun ada sisi finansial disitu itu cuman bonus, yang pada akhirnya semuanya kembali dikelola HUS untuk dapat terus berkarya.


Kebetulan dalam Movement zine #4 kami mengangkat “Regenerasi Hardcore Kids dan Movementnya” melihat dari HUS sejak 1998 sampai sekarang, apakah itu perlu? Dan Bagaimana peran HUS dalam pengaplikasiannya di skena Yogyakarta hardcore 

Saya pikir perlu, karena buat saya pribadi, saya banyak merasakan hal positif dari hardcore itu sendiri. Saya selalu tertarik untuk mendengarkan karya-karya band lokal yang baru, terutama teman-teman yang segaris lurus seperti apa HUS mainkan selama ini. Saya pikir peran HUS disini adalah sebagai salah satu titik inspirasi, dari banyak band di Indonesia, setidaknya apa yang dimainkan oleh HUS semoga dapat menginspirasi teman-teman yang lain untuk mendengarkan, dan kemudian memulai band mereka sendiri. Era awal dulu, saya dan teman-teman di Jogja pernah menginiasi event hardcore tahunan “One Family One Brotherhood [OFOB]” juga menerbitkan zine bernama Fightback! Zine, kemudian berlanjut mendirikan Diorama Records, tapi itu dulu. Seiring aktivitas dan realitas kehidupan, saya sekarang lebih memilih untuk fokus hanya untuk HUS dan Diorama Records saja. Selain itu saya pribadi suka mendengarkan, membeli album dan mengoleksi merchandise band-band luar atau lokal yang saya suka. Saya harap, apa yang saya dan HUS lakukan hingga sekarang mampu menjadi salah satu inspirasi dan motivasi teman-teman yang lain untuk saling mendukung dan saling menguatkan, walaupun pada akhirnya hukum seleksi alam tetap akan berlaku.


HANDS UPON SALVATION
http://handsuponsalvation.bandcamp.com
http://youtube.com/user/handsuponsalvation
http://instagram.com/handsuponsalvation
http://facebook.com/handsuponsalvation

SECLUDE



            Kali ini menarik, band asal Surabaya ini hadir dengan tampilan yang berbeda dan berkarakter. Seclude yang memberi karakter dbeat, grind, sweedish deathmetal yang di rangkum menjadi satu dan menjadi ciri khas di band tersebut. Seclude, band yang lahir 2021 akhir ini barusaja melakukan Split Tour Bersama B’Dark (Tuban) Surabaya, Blitar, Batu, Bojonegoro, Tuban, Cepu dan membawa rilisan fisik berupa kaset berisi demo dari band tersebut. Menariknya lagi dalam waktu dekat Seclude akan merilis EP albumnya. Apakah menjadi kejutan yang membuat penasaran dan bahkan bisa dibilang beda dengan stereotype hardcore pada umumnya? Kita tunggu Tour selanjutnya.



Instagram       : @seclude031

https://secludehc.bandcamp.com/releases

"ISEEINBLACK" Artwork Artis Karakter

 


            Dalam dunia musik tidak luput dari design artwork, media digital cetak, media elektronik musik, kali ini ISEEINBLACK artist karakter dari Kota Blitar.

            ISEEINBLACK, dengan karakter fontnya  yang khas di buat dengan coretan tangan dan pena Edo Yessa. Tidak dipungkiri dengan mudahnya media digital, pekerja seni artwork lebih mudah untuk surfing dibanding dengan pembuat artwork pada era 90an, seperti ISEEINBLACK, dalam percakapan kami, selain fokus ke design artwork band, ia juga overall dalam pengerjaan dalam lingkup yang lain seperti design logo band, kaos band, pamflet media juga. Dalam dunia seni digital, ISEEINBLACK juga akan memberi hak cipta pada karyanya yang disisi lain banyak pencurian karya yang sangat mudah karena terbukanya media. Untuk pemasaran sementara ini ISEEINBLACK menggunakan Komunitas, Skena, Instagram dan mulut ke mulut.

            Jika di hubungan dengan Artikel kami sebelumnya, yaitu “HARDCORE/PUNK vs DIGITALISASI” yang mengusung tentang pekerja seni Artwork juga, lalu kami bertanya kepada Edo Yessa,

“Apakah ISEEINBLACK tertarik ke dunia NFT ketika Artwork sangat dihargai dan lebih dilindungi ?” Lalu Edo menjawab “Jelas tertarik kalau memang bisa dihargai dengan nilai plus”

 

Instagram : @iseeinblack_

                     edoyessa@gmail.com

Think Twice Mini Album “NOW OR NEVER”

 


Think twice, band asal kota Blitar ini kembali lagi dengan gebrakan barunya untuk merilis mini album ke 3 nya yaitu “NOW OR NEVER” yang berisi 7 lagu tetap pada corridor Youth Crewnya. Kali ini album tersebut di rilis oleh “Outta sight” record label Hardcore Punk dari kota Solo, Jawa tengah. Yang lebih menarik lagi isu nya setelah adanya album ke 3 tersebut Think Twice akan melakukan Weekend Tour di 3 titik kota di Jawa Tengah Pada Agustus ini, apakah ini akan menjadi Weekend Tour yang sekaligus menjadi gebrakan? Kita pantau terus selanjutnya.

Instagram       : @thinktwiceblt 

                         @outtasight.recs

https://outtasightrecords.bandcamp.com/album/now-or-never

Regenerasi Hardcore Kids dan Movementnya

 


            Hardcore kids, mungkin tidak asing di telinga kita untuk di kalangan hardcore movement, tetapi perlukah regenerasi untuk pergerakan ini? Jadi disini kami akan mengulik dari beberapa narasumber. Tidak di pungkiri usia kita semakin kesini semakin tua, dan waktu pasti terbagi entah itu tentang pekerjaan, keluarga, dll. Jadi apakah kita akan buat gigs harus mengkorbankan salah satu dari pernyataan tersebut? Perlukah regenerasi?

            Kami melakukan sampling di 2 generasi, yaitu generasi tua dan muda. Memang dalam hal ini beberapa orang digenerasi penggerak hardcore yang tergolong harus membagi waktu harus ada regenerasi dari teman teman muda untuk mempertahankan movement ini. Pertanyaanya, bagaimana cara kita menyampaikan ke generasi muda tersebut? Pada dasarnya memang kita sadar dengan selisih jenjang umur yang secara otomatis menjadi skat pembicaraan secara psikologis dan itupun berjalan otomatis, kesimpulannya kita tetap perlu media komunikasi entah itu pada saat di venue gigs atau di skena/komunitas.

            Setelah kami berbincang santai, sebenarnya regenerasi itu mudah, ketika kita membuat gigs otomatis kita akan menjadi satu antara 2 generasi tersebut, di situ akan terjadi moment sharing yang organic ketika generasi muda perlu tahu bagaimana step yang akan dilakukan untuk menjaga movement ini tetap berjalan dan bertahan, kata Sugab dan Eping. Selain itu sempat beberapa orang di generasi tua ketika mereka di fase generasi muda saat ini pada beberapa tahun yang lalu ternyata juga mengalami step kondisi tersebut, kata Feras dan Raka. Jadi secara tidak langsung komunikasi terjalin tanpa skat jarak umur dan status social, disini memang equality.

            Berjalannya waktu semua memang perlu proses belajar, dan akan melanjutkan hardcore movement tersebut, kata yelga, roy,dan bima. Karena movement ini tidak melulu soal band, gigs, kolektif, banyak juga yang bisa di ulas. Misal videographer seperti Hate5six, artwork, fanzine, dan masih banyak lagi.