Yooo, Kali ini kami akan melakukan interview bersama Hands Upon Salvation, perlu diketahui band dari Yogyakarta ini sudah ada sejak tahun 1998, 2 tahun setelah saya lahir hehehe. Kebetulan kami kontak dengan Mas Agus Suryanto sebagai Vocalis band tersebut, langsung sajaaa...
Hands Upon Salvation, dari Yogyakarta, dari tahun 1998. Bagaimana singkat cerita profil dan terbentuknya Hands Upon Salvation
HUS itu dulu dibentuk dengan nama awal sebagai “Destruct” pada sekitar 1998. Dibentuk oleh bekas-bekas personil dari band hardcore Diphterium Hate dan Scumbag. Nama “Destruct” dipakai selama kurang lebih 3 tahun, dan dilalui dengan banyak pergantian personil beberapa kali. Sekitar tahun 2001, baru kita mengganti nama “Destruct” menjadi “Hands Upon Salvation” [HUS] dan bertahan hingga sekarang. Dari line-up awal HUS inilah album “Celebrate The Newborn” [2004] dan “Entity” [2012] dihasilkan.
Dari segi band, bagaimana cara mempertahankan Hands Upon Salvation di era 90an sampai dengan sekarang, ketika masing masing personil mempunyai kesibukan primer (pekerjaan/karir)
Pada dasarnya khan band ini dibentuk karena hobi dan kesukaan kita terhadap musik hardcore terutama metallic-hardcore atau 90s metalcore, selain itu persamaan konsep, ide, dan persepsi juga chemistry antar individu dalam band juga jadi faktor penting. Setelah era album “Entity” dan masuk ke era “Heresy” kami mengalami pergantian personil lagi, begitu juga paska “Heresy”. Kasarnya adalah, personil boleh berganti, waktu boleh jadi ada yang terbuang, tapi selama band ini masih menyenangkan untuk dijalani maka band ini akan terus jalan, apapun kondisinya. Berkompromi dengan realitas kehidupan nyata sudah pasti dijalani berbarengan, hampir semua personil adalah kalangan pekerja, ada personil yang sudah berkeluarga dan mempunyai momongan. Di titik sekarang, HUS mungkin sudah menjadi keluarga ke 2 untuk semua personil yang ada di dalamnya. Keluarga kedua yang sekaligus juga menjadi medium untuk berkarya, penyeimbang kehidupan, memberi semangat, juga motivasi, karena disadari atau tidak, ternyata band ini menguatkan orang-orang yang ada didalamnya untuk jadi orang yang lebih baik dalam lini kehidupan mereka masing-masing.
Apakah jargon Hardcore for life berperan dalam kehidupan masing masing personil? Seperti mendapat apresiasi rupiah dalam lingkungan skena hardcore dalam penunjang ekonomi kehidupan? Seperti penjualan merchandise
“Hardcore For Life” saya pikir jargon ini hanya sebuah ekspresi tentang kecintaan terhadap musik dan seluruh lingkup hardcore disekelilingnya. Berperan dalam hidup? Pastinya iya, karena dari hardcore ini kami punya kekuatan untuk terus berkarya, mengenal banyak sahabat, dan seterusnya. Banyak hal dan energi positif lahir dari hobi kami sebagai personil dalam sebuah band hardcore. Hal-hal yang tidak bisa diukur hanya dalam hitungan finansial. Mungkin banyak band di Indonesia bisa menggunakan band-nya sebagai kendaraan sebagai pendukung ekonomi, memperoleh keuntungan finansial, bahkan menggantungkan hidup dari band. Kalo untuk HUS, sepertinya kenyataannya berbeda. HUS adalah band yang sangat segmented, bahkan dalam lingkup scene hardcore sendiri. Tidak banyak orang yang bisa, mampu, menerima, atau bahkan menyukai karya-karya HUS. Kami juga bukan band yang populer, lingkar utama, raja panggung, jago kandang, atau apapun istilahnya. Buat para personil HUS, kami semua harus mampu bekerja untuk kehidupan pribadi kami, juga sekaligus untuk kehidupan band ini. Album, merchandise, honor panggung, endorsement, dllnya, kalopun ada sisi finansial disitu itu cuman bonus, yang pada akhirnya semuanya kembali dikelola HUS untuk dapat terus berkarya.
Kebetulan dalam Movement zine #4 kami mengangkat “Regenerasi Hardcore Kids dan Movementnya” melihat dari HUS sejak 1998 sampai sekarang, apakah itu perlu? Dan Bagaimana peran HUS dalam pengaplikasiannya di skena Yogyakarta hardcore
Saya pikir perlu, karena buat saya pribadi, saya banyak merasakan hal positif dari hardcore itu sendiri. Saya selalu tertarik untuk mendengarkan karya-karya band lokal yang baru, terutama teman-teman yang segaris lurus seperti apa HUS mainkan selama ini. Saya pikir peran HUS disini adalah sebagai salah satu titik inspirasi, dari banyak band di Indonesia, setidaknya apa yang dimainkan oleh HUS semoga dapat menginspirasi teman-teman yang lain untuk mendengarkan, dan kemudian memulai band mereka sendiri. Era awal dulu, saya dan teman-teman di Jogja pernah menginiasi event hardcore tahunan “One Family One Brotherhood [OFOB]” juga menerbitkan zine bernama Fightback! Zine, kemudian berlanjut mendirikan Diorama Records, tapi itu dulu. Seiring aktivitas dan realitas kehidupan, saya sekarang lebih memilih untuk fokus hanya untuk HUS dan Diorama Records saja. Selain itu saya pribadi suka mendengarkan, membeli album dan mengoleksi merchandise band-band luar atau lokal yang saya suka. Saya harap, apa yang saya dan HUS lakukan hingga sekarang mampu menjadi salah satu inspirasi dan motivasi teman-teman yang lain untuk saling mendukung dan saling menguatkan, walaupun pada akhirnya hukum seleksi alam tetap akan berlaku.
HANDS UPON SALVATION
http://handsuponsalvation.bandcamp.com
http://youtube.com/user/handsuponsalvation
http://instagram.com/handsuponsalvation
http://facebook.com/handsuponsalvation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar