Hardcore
kids, mungkin tidak asing di telinga kita untuk di kalangan hardcore movement,
tetapi perlukah regenerasi untuk pergerakan ini? Jadi disini kami akan mengulik
dari beberapa narasumber. Tidak di pungkiri usia kita semakin kesini semakin
tua, dan waktu pasti terbagi entah itu tentang pekerjaan, keluarga, dll. Jadi
apakah kita akan buat gigs harus mengkorbankan salah satu dari pernyataan
tersebut? Perlukah regenerasi?
Kami melakukan sampling di 2
generasi, yaitu generasi tua dan muda. Memang dalam hal ini beberapa orang digenerasi
penggerak hardcore yang tergolong harus membagi waktu harus ada regenerasi dari
teman teman muda untuk mempertahankan movement ini. Pertanyaanya, bagaimana
cara kita menyampaikan ke generasi muda tersebut? Pada dasarnya memang kita
sadar dengan selisih jenjang umur yang secara otomatis menjadi skat pembicaraan
secara psikologis dan itupun berjalan otomatis, kesimpulannya kita tetap perlu
media komunikasi entah itu pada saat di venue gigs atau di skena/komunitas.
Setelah kami berbincang santai, sebenarnya
regenerasi itu mudah, ketika kita membuat gigs otomatis kita akan menjadi satu
antara 2 generasi tersebut, di situ akan terjadi moment sharing yang organic
ketika generasi muda perlu tahu bagaimana step yang akan dilakukan untuk
menjaga movement ini tetap berjalan dan bertahan, kata Sugab dan Eping. Selain
itu sempat beberapa orang di generasi tua ketika mereka di fase generasi muda
saat ini pada beberapa tahun yang lalu ternyata juga mengalami step kondisi
tersebut, kata Feras dan Raka. Jadi secara tidak langsung komunikasi terjalin
tanpa skat jarak umur dan status social, disini memang equality.
Berjalannya waktu semua memang perlu
proses belajar, dan akan melanjutkan hardcore movement tersebut, kata yelga,
roy,dan bima. Karena movement ini tidak melulu soal band, gigs, kolektif,
banyak juga yang bisa di ulas. Misal videographer seperti Hate5six, artwork,
fanzine, dan masih banyak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar