Rabu, 30 Juli 2025

SIXTOLS menghentak dalam EP mereka “Dedicated”

Setelah merilis single "Wake U Up" di bulan April tahun 2025 akhirnya kini SIXTOLS merilis album/ep ketiga bertajuk "DEDICATED". Pada single itu mereka melakukan rekaman dan proses mixing di plug studio. Untuk album /ep ini pelaksanaan mixing dan mastering di Invasion Studio.


Album ini berisikan 6 lagu yang dikerjakan selama kurang lebih 3 minggu proses rekaman. Direkam marathon sejak bulan maret. Materi di album ini sebanyak 5 lagu diambil dari materi lama SIXTOLS di tahun 2001 untuk album ketiga SIXTOLS yang terhenti karena suatu dan lain hal, sehingga menyebabkan SIXTOLS hiatus dari tahun 2001 sampai tahun 2025


Adapun personil SIXTOLS yang terlibat dalam pengerjaan album ini adalah formasi terakhir setelah mereka mengalami beberapa kali pergantian personil sejak dibentuk 1996 lalu. MereKa adalah Coky (gitar), ibenk (drum), Eriza (Bass) dan Andre Bhoker (Vokal).


Secara benang merah lirik di album ini bercerita tentang hal-hal yang terjadi di ruang lingkup pergaulan sosial, persahabatan, perjuangan dalam hidup dan kepergian sahabat yang dekat dengan mereka, Dimana personil sixtols sebelumnya telah meninggal diantaranya Erico (bass), Adit (gitar) dan Andre Edmond ( vokal ). Dan di album ini masih mempertahankan jenis musik yang sama dimana tetap mencampur unsur musik oi! Punk, hardcore dan ska. Di karenakan tiap personil terinfluence dengan band2 seperti discipline, agnostic front, cock sparrer, oxymoron dan operation ivy.


EP bertajuk ”Dedicated” ini dirilis secara digital diseluruh digital streaming music platform world wide pada 18 Juli 2025 dibawah label Siderise Records (Sidoarjo).

Senin, 28 Juli 2025

RUBY - “Melawan Stigma”

RUBY Adalah band dari kota palopo (Sulawesi Selatan) yang beranggotakan 4 orang yang dimana terdapat 3 perempuan dan 1 Pria, diantaranya Dini (Gitar) Zea (vocal) Jemima (drumer) Sohan (bass) 

RUBY kembali menyulut bara perlawanan lewat single kedua bertajuk “Melawan Stigma” lanjutan dari serangan awal mereka, “Kill Your Mind.” 

Jika “Kill Your Mind” adalah teriakan pertama melawan penjara mental yang dibentuk sistem, maka “Melawan Stigma” adalah hantaman lanjutan terhadap label-label yang mematikan.

Lagu ini berbicara tentang luka, penghakiman, dan kekuatan untuk tetap berdiri meski terus dikekang. 

Instagram: @_rubyhc Email: hcruby42@gmail.com bandcamp: https://rubyhc.bandcamp.com/track/melawan-stigma

Sabtu, 14 Juni 2025

Roger Salawati: Distorsi, Realitas, dan Peringatan dari Satu Dekade Soal Akhir Zaman

Nothing Is Greater, Nothing Is Lesser. Album Solo Gitar Eksperimental

Dirilis 3 Juni 2025


Roger Salawati adalah musisi asal Manado yang dikenal sebagai gitaris berpaham 

Straight Edge dari dua unit keras: Crushing Grief (Heavy Pop Punk) dan Slide (Punk 

Hardcore), bagian dari skena MBHC (Manado Bay Hardcore). Dalam proyek solonya 

ini, Roger tidak hanya menampilkan kebrutalan riff dan eksperimen sonik, tetapi juga 

menyuarakan keresahan mendalam terhadap dunia modern yang makin absurd.

Dikerjakan di Moshpit Studio Production oleh Roger sendiri pada Desember tahun lalu, 

akhirnya album ini dirilis pada 3 Juni 2025 lewat Moshpit Records dan Groove Garden 

Records. Nothing Is Greater, Nothing Is Lesser adalah album instrumental gitar dengan 

narasi puisi yang menghantam lewat distorsi tajam, atmosfer industrial, dan semangat 

THALL yang beringas. Berakar pada gaya eksperimental, metallic hardcore, dan 

nuansa Aussie hardcore, Roger menggabungkan teknik permainan ekstrem dengan 

refleksi sosial yang gelap dan kontemplatif.


Roger berkolaborasi/featuring, dengan tiga rekan produser, musisi untuk 

bergabung dalam visinya:

 Jona Mekel – gitaris dari band Straight Edge xMindset47x, dan produser di 

Secret Society Records. Ia berkolaborasi pada lagu Dyson Spheres.

 Aimran Zaman – gitaris dari AKTA, band progressive metalcore asal Malaysia, 

dan produser di Parallel Records Studio. Ia mengisi bagian solo gitar pada lagu 

Silent Nuclear Annihilation.

 Alif Asyraf Ryandiputra – drummer dari Dejected (Melodic Hardcore), Endgrave 

(Deathcore), dan Seetrushkin (Pop Punk), serta produser di Groove Garden 

Records. Ia turut memproduseri dan mengambar part drum dalam album ini.

KERESAHAN DI AKHIR ZAMAN

Album ini lahir dari kegelisahan Roger terhadap perkembangan teknologi global dari AI, 

neural networks, dan komputer kuantum, hingga potensi invasi luar angkasa. Di tengah 

masyarakat yang makin dikendalikan algoritma, media, dan ekonomi yang merosot, 

manusia kehilangan kendali atas waktunya sendiri, dan terputus dari relasi spiritual 

dengan Tuhan.

Roger menyuarakan peringatan itu melalui tujuh trek yang agresif dan reflektif.

“Ini bukan sekadar album gitar,” kata Roger. 

“Ini semacam protes dari dalam kepala gue, terhadap dunia yang katanya maju, tapi 

makin dingin dan kehilangan jiwa.”



ARTWORK AS A COLLAGE OF COLLAPSE AND IDENTITY


The album artwork is a collage of four symbolic images, visually reflecting the 
core themes of the record:
 Kiri atas: Perang tanpa akhir di Timur Tengah
 Kiri bawah: Puing kebakaran besar di Amerika yang sarat propaganda
 Kanan atas: Simbol kerajaan yang menggambarkan kekuasaan jahat yang 
tersembunyi
 Kanan bawah: Teluk Manado, representasi dari identitas Manado Bay Hardcore 
dari sudut pandang Roger sebagai saksi kekacauan global
TRACKLIST
1. A Century Of Liquidity Injection – tentang ekonomi yang memompa ilusi 
kemakmuran palsu
2. Silent Nuclear Annihilation – ancaman diam dari kehancuran global
3. Greedy Warfare – kerakusan yang dijustifikasi oleh ideologi
4. Dyson Spheres – simbol peradaban yang melampaui batas moral dan realitas
5. Nothing Is Greater, Nothing Is Lesser – relativisme nilai di dunia yang 
kehilangan kebenaran, mencari sesuatu yang tidak ada ujung nya
6. Conviction – teguh dalam kegilaan dan ancaman
7. Sometimes, We Have To Watch Our Life Fall Apart – menerima keruntuhan 
sebagai fase eksistensi


Hardcore from the future decade. Distortion that refuses to bow down. Roger Salawati 
doesn’t just play THALL, he breaks the structure of reality. This is a warning from a 
future that’s already arriving."
"Hard to avoid, this record brings hardcore to an entirely new level and merges it with a 
distinct style."
Hint : Pincer+ Vildhjarta Mirar Chamber Dealer Orthodox Converge Vein.fm
STREAM !!!
BandCamp
https://moshpitrecs.bandcamp.com/album/nothing-is-greater-nothing-is-lesser
Spotify
https://open.spotify.com/album/1m1SlWDaYLM9fd0CcdcBdy?si=-
Y1dwfcSTJC8SCGqpcyPPg
Info & Contact :
Instagram: @rogersalawati
Email: moshpitrecords@gmail.com
WhatsApp: +62 1242 686 654 Mikha

Jumat, 13 Juni 2025

Teori Kutu: Hardcore dengan Sentuhan Humor dan Kritik Sosial

Teori Kutu adalah band hardcore yang tidak hanya menghadirkan musik enerjik, tetapi juga menyampaikan kritik sosial dengan cara yang ringan, menghibur, dan bahkan sarkastik.

Band ini merilis EP debut mereka yang berjudul Remaja Masa Kini di bawah naungan Moshpit Records pada 1 April 2025. EP ini tersedia di semua platform streaming digital utama. Berasal dari Manado, Sulawesi Utara, Teori Kutu hadir sebagai band hardcore dengan suara yang segar dan unik.

Band yang terbentuk pada tahun 2024 ini merupakan proyek yang digagas oleh para pendiri dan kontributor Moshpit Records—sebuah label rekaman dan penyelenggara gigs musik hardcore berbasis di Manado.


LIRIK YANG BERBICARA TENTANG REALITA

Kolaborasi Teori Kutu dengan Moshpit Records bertujuan untuk memperkaya roster label tersebut dengan warna musik hardcore yang berbeda—dipenuhi humor, namun tetap tajam dalam menyuarakan kritik sosial. EP Remaja Masa Kini memuat lima lagu yang membahas berbagai persoalan nyata yang dihadapi oleh para remaja masa kini. Setiap lagu membawa pesan kritis terhadap fenomena sosial yang sedang marak terjadi.

Lirik-liriknya menggambarkan realita yang dialami generasi muda saat ini, yang sering terjebak dalam gaya hidup konsumtif dan keinginan akan segalanya yang serba instan. Salah satu potongan lirik yang menonjol berbunyi:

“Realita remaja masa kini: minjem duit, terbelit hutang,

Tapi ngopi setiap hari.

Bercita-cita kaya lewat judi online.

Stay Noll Everyday..”

TEORI KUTU

BAKUTU TOH NGONI!

Teori Kutu hadir bukan hanya untuk bikin gaduh, tapi juga untuk menyuarakan keresahan—menggunakan hardcore sebagai medium untuk mengekspresikan kegelisahan generasi muda. Remaja Masa Kini membuktikan bahwa musik bisa menjadi wadah yang kuat untuk menyampaikan suara dan kritik sosial, bahkan jika dibawakan dengan humor dan sindiran. Bagi para penikmat hardcore yang sudah bosan dengan tema-tema yang "terlalu serius", band ini jadi pilihan yang menyegarkan.



Daftar Lagu:

Bukan Anggur Merah – Mengangkat isu kesehatan

Setan – Membahas kebiasaan hidup dengan utang

Remaja Masa Kini – Mengkritik maraknya judi slot online

Bad Christmas Song – Menggambarkan kenyataan pahit para pekerja yang tetap harus bekerja saat hari raya tanpa libur

Lagu Spesial – Lagu instrumental post-punk berbahasa Rusia


TERBENTUKNYA TEORI KUTU

Motivasi di balik terbentuknya Teori Kutu adalah menciptakan musik yang tetap berakar pada genre hardcore, tapi dikemas dengan lirik dan tema yang jenaka namun tetap relevan. Formasi awal band ini terdiri dari Petrizky (vokal), Gabs (gitar), Jefta (bass), dan Roger (drum).

“Kami mulai kepikiran bikin proyek Teori Kutu ini setelah mantan vokalis (Petrizky Supit) datang ke Moshpit dan ngajak saya dan Roger buat bikin band yang fun, dengan lirik yang lucu, tapi tetap berdasarkan kisah nyata yang dia alami,” ujar Jefta.

Nama Teori Kutu sendiri punya makna yang cukup dalam—menggambarkan bagaimana lingkungan pertemanan bisa sangat memengaruhi kepribadian seseorang.

“Awalnya dari pesan almarhumah ibunya Petrizky yang pernah bilang: ‘Kalau bergaul dengan orang bakutu, pasti bakutu. Jadi perhatikan pergaulan, kalau nggak bawa dampak baik bahkan merugikan, jangan coba-coba.’ Dari situlah nama Teori Kutu lahir,” kenang Jefta.

Setelah menyelesaikan materi awal, Petrizky Supit memutuskan mundur dari posisi vokalis dan beralih menjadi manajer band. Pada tahun 2025, posisinya digantikan oleh Calvin Lanes yang memiliki karakter vokal serta kepribadian jenaka yang sejalan dengan identitas band.


For fans of: Gutalax, Terapi Urine, EXTERMINATION DISMEMBERMENT, Birdflesh, Jig-Ai

Minggu, 13 April 2025

CRITICAL ISSUES “POISON AND SPELL”

Press Release

CRITICAL ISSUES “POISON AND SPELL”

 

Setelah rekaman debutnya yang dilepas tahun 2022 lalu, Critical Issues kembali dengan rilisan rekaman baru di tahun 2025 ini. Album yang dikerjakan oleh formasi kelima band hardcore punk asal Palembang itu diberi tajuk “Poison and Spell”. Dengan formasi terkininya, Critical Issues yang sekarang diisi oleh Ken (drums), Måm (gitar), Mär (bass), dan Lör (vokal) mempersiapkan album kedua mereka itu dalam proses yang cukup intensif dari bulan Februari hingga Oktober 2024, mulai dari penggarapan hingga rekaman. Proses yang berlanjut dengan mixing dan mastering di The Pandora Labs pada bulan November 2024. 

 

Setelah sebelumnya melepas “The Enclave”, “Poison and Spell”, dan “Apparatus” sebagai introduksi, album rekaman “Poison and Spell” kini bisa didengarkan secara utuh dalam format cakram padat yang dirilis oleh Disaster Records pada 20 Maret 2025. Selain materi yang digarap oleh Critical Issues, album “Poison and Spell” dibuka dengan “Witness” sebuah nomer kolaborasi berupa komposisi noise/power electronics yang dikerjakan oleh Torturewave yang berasal dari Jambi. Album kedua dari Critical Issues itu berisi sembilan trek agresif yang berbicara dan merekam kegusaran, harapan suram, serta amarah atas mantra-mantra demokrasi yang disulap menjadi racun berbisa yang menyengat dengan segala cara oleh rezim domestik hingga kuasa adidaya, serta dunia yang semakin kacau dan rusak di segala lini yang berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan umat manusia. 

 

Single “Apparatus”, “The Enclave”, dan “Poison and Spell” bisa didengarkan di:

criticalissues.bandcamp.com/album/poison-and-spell

Sabtu, 12 April 2025

Hardcore Asal Tebing Tinggi Nonsens Rilis Demo Perdana Lewat No Match Records

 


Unit hardcore asal Tebing Tinggi, Sumatra Utara Nonsens baru saja merilis demo perdana mereka lewat label asal Manado No Match Records. Band ini terbilang band yang baru, terbentuk pada 2024 silam dan belum memainkan show apapun namun beberapa personil sebelumnya pernah tergabung dalam Nothingness dan merupakan wajah baru sekaligus penggerak dalam scene hardcore di daerah Tebing Tinggi yang sedang merangkak berkembang. 

 

Secara sonik Nonsens memainkan style hardcore beatdown tanpa basa basi dengan sedikit sentuhan death metal. Mereka mempunyai sound yang raw dan kasar, dengan tone snare drum metallic ditambah riff gitar yang catchy dan tidak membosankan. Bisa dipastikan jika dilempar ke situasi live pasti akan memancing moshpit yang mematikan. 

 

Lewat demo berisikan dua lagu ini Nonsens tidak mencoba membuat sesuatu yang baru, namun mereka berhasil membuat perkenalan awal mereka menjadi berkesan dengan sound beatdown mereka yang menarik dan agresif. Dengarkan demo ini di seluruh platform musik digital dan laman bandcamp No Match Records.

 

Link: https://nomatchrecords.bandcamp.com/album/demo

 

Tracklist:

1.    Learn from Failure (North to World)

2.    Tears//Insane

Minggu, 02 Februari 2025

HARDCORE & KONTROVERSIAL ISU di ERA DIGITAL


Hi, guys. Kali ini setelah bertahun tahun, kita akan mengulik dari isu di kalangan skena Hardcore yang sedang hangat belakangan ini.

Di kutip dari Movement zine #1 artikel “Hardcoreku” ada beberapa pandangan hardcore/punk dari sisi paham berbagai orang dan kultur yang berbeda beda tetapi intinya masih sama. Ada yang menganggap Hardcore adalah pergerakan, idiologi, gagasan, paham, kebanggaan, dan lain lain, sehingga menganggap pemikiran dari individu atau kelompok mampu berteriak lantang bahwa ini Hardcoreku.



Tidak di pungkiri kultur setiap daerah berbeda-beda. Ada beberapa turunan atau kombinasi dari habit. Misal era di tahun 90an, 2000an, dan di era sekarang mungkin berbeda. Ada hardcore/punk, melodic hardcore, beatdown, hardcore metal, hardcore progresif, crossover hardcore dan kombinasi genetik yang di campur sehingga mampu mencetuskan warna baru di era itu sendiri dan meunculkan ciri khas dari suatu band, Reprisal beda kan dengan More Than Life? Youth Of Today beda kan dengan Rise Of The Northstar? kok tetap saja orang di daerahnya menyebutnya bahwa itu Hardcore? justru itu, jika mampu mengulik perkembangan tersebut akan berbeda dan mampu memaklumi perkembangan dan menganggap semua itu adalah inovasi dari perkembangan itu sendiri. Tetapi perlu diketahui bahwa hal tersebut tidak luput dari sejarah dari perkembangan. Masih ingat dulu ada sesi sharing "Hardcore itu apa?" di sebuah komunitas skena? Masih ingat anda buka Youtube untuk mencari video Moshpit Lesson?


Yaa.. Perkembangan yang pesat adalah digitalisasi, dimana media mampu lebih cepat menyebarkan isu dan kabar tentang Hardcore itu sendiri. Contoh kecil, dulu butuh waktu untuk menyebar pamflet, sekarang hanya dengan media digital kita bisa memangkas waktu untuk jangkauan yang lebih luas. Zine cetak ke platform digital, MP3 ke media streaming, Video ke media youtube, dan seterusnya.




Lalu bagaimana tentang Kebijakan Media dalam perantara perkembangan skena?

Perlu diketahui ilmu sangat penting dalam penyampaian informasi dengan bijak. Contoh, di tahun 90an Violence dancing, pogo, stage dive, Pro love sangat maklum karena ini adalah warna dalam kita ber ekpresi, tapi sekarang? moshpit harus di kaitkan dengan kultur di setiap daerah, padahal hardcore sendiri adalah implementasi musik eksternal yang di bawa ke negara kita (INDONESIA) yang mungkin berbeda dengan kultur kita. Moshpit jangan kena kepala ya.. soalnya tidak sopan. Apakah itu lucu? IYA! Oleh sebab itu kenapa kita harus punya ilmu dulu sebelum terjun di dalamnya. Peran Media adalah Netral, bukan menyudutkan satu sama lain, kita bukan politisi, harus menjaga kawan kita sendiri, dengan cara kita sendiri.



Perkembangan zaman, adalah salah satu topik penunjang yang akan merubah kebiasaan. Setiap daerah akan beda tentang kebijakan. 
Misal di Amerika Serikat, suatu karya bisa bernilai mahal, Hardcore/Punk bisa hidup dari penjualan karya seni lewat NFT (Non Fungible Token) tapi di sisilain di negara kita? Mungkin belum bisa karena regulasi belum terbentuk sepenuhnya. Seperti perkembangan Straight Edge yang di bawa oleh MinorThreat juga ada gejolak antara pro dan kontra sehingga terbentuknya gerakan gaya hidup positif di kalangan Hardcore/punk. Tetapi semua itu butuh proses, dan berlanjut band-band yang juga menganut paham tersebut seperti Negative FX, Teen Idles, SSD, 7 Seconds, dan beberapa yang lain. Lalu dilanjutkan pada pertengahan 80-an, yang sering disebut sebagai “youth crew era”, straight edge kembali diusung oleh band-band seperti Youth of Today, Gorilla Biscuits, Judge, Bold, Chain of Streght, Uniform Choice, Slapshot, dan beberapa lainnya. Perkembangan tidak bisa disalahkan, kita yang harus ber adaptasi. 


Perubahan Era terjadi dari tahun ke tahun dan Totalitas tetap totalitas, tetapi ada kombinasi modern di dalamnya. Bukan saling menyalahkan tetapi mari kita berunding. Kami tetap disini, saya tetap mencetak zine dengan DIY tanpa sponsor, meskipun saya berkecimpung dengan institusi negara (meskipun beda dengan skema hardcore person di era 90an), tetapi tetap bergerilnya tanpa meninggalkan punk yang saya buat pakem, dan saya tetap hidup, saya tetap makan, saya tetap bergerak di pergerakan hardcore ini dengan majalah ini. Hardcore tumbuh dari Skena dan komunitas. Ada sesi penetrasi sharing untuk regenerasi yang akan membawa arah skena ini akan dibawa kemana, dan tidak lupa akan selalu berkembang dengan majunya digitalisasi. Mari saling menjaga, Stay Hardcore, Stay Punk!